Minggu, 27 Maret 2011

Antara Bosan Dan Diriku

Kutelan semua kebosanan ini seperti menelan kacang goreng ketika melihati 22 manusia berkeringat ria mengejar sebuah bola. Kalau dalam peristiwa makan kacang, indra pengecapku teralihkan oleh menariknya pertandingan bola, maka dalam kasus bosan, otakku sudah tidak mampu lagi mempersepsi apa itu bosan. Karena terlalu seringnya kuterjebak dalam situasi bernama bosan, pikiranku sudah overload dan menganggap kebosanan sebagai bagian hidup yang tak mungkin lagi dipisahkan dari diriku. Saya curiga, otakku sudah menganggap bosan sebagai fisiologi hidupku, sehingga melepaskannya akan berefek seperti memisahkan udara dari paru-paruku.


Terikatnya diriku pada kebosanan merupakan suatu perkara yang rumit dijelaskan asal usulnya.
Sedangkan hubunganku dengan bosan jauh lebih intim dibanding itu. Kemana pun kupergi, bosan selalu menyertai. Ketika kubangun pagi dan melihat laptop Thosiba-ku tiak berubah menjadi iMac, bosan datang. Ketika kunyalakan laptop lalu loading terjadi, bosan datang. Ketika saya ke sekolah dan bertemu orang-orang yang selalu menyuruh, memerintah, atau menceritakan hal yang itu-itu saja tentang dirinya, pacarnya, keluhannya, kelebihannya, kekurangan orang lain dan lain-lain yang masih itu-itu juga, bosan datang. Pokoknya, dunia ini serasa tidak lengkap tanpa keberadaan bosan di sekitarku.
 Jadi, apa yang harus kulakukan dengan bosanku?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar